Anda tentu tidak asing lagi ketika mendengar kata audit. Audit dapat dikatakan sebagai suatu proses pemeriksaan yang dilakukan secara sistematis atas laporan keuangan yang dihasilkan oleh individu maupun perusahaan. Kegiatan tersebut bertujuan untuk meninjau dan memastikan keakuratan data-data yang terdapat dalam laporan keuangan tersebut. Sebelum melakukan audit, tentu ada tahapan perencanaan yang dilakukan agar kegiatan audit berjalan lancar. Apa sajakah langkah-langkah dalam perencanaan audit? Simak selengkapnya di bawah ini.

 

Apa yang Dimaksud dengan Perencanaan Audit (Audit Planning)?

Perencanaan audit atau audit planning adalah suatu tahapan awal yang harus dilewati oleh seorang auditor sebelum melakukan kegiatan audit. Sebuah perencanaan tentu akan berpengaruh terhadap pelaksanaan. Oleh sebab itu, audit planning harus didesain sebaik mungkin sehingga tujuan dari pelaksanaan audit dapat tercapai tepat pada waktunya.

 

Perencanaan audit pada dasarnya meliputi pengembangan strategi menyeluruh untuk merencanakan penerapan audit pada lingkup audit tertentu. Tahap ini sangat dipengaruhi oleh informasi awal yang diperoleh pada saat pertimbangan penugasan audit. Penugasan audit biasanya akan dimulai dari penunjukkan awal atau penunjukkan kembali auditor oleh klien. Setelah itu, auditor menjalankan sejumlah aktivitas untuk mengembangkan strategi audit secara keseluruhan.

 

Pentingnya Audit Planning untuk Keberlanjutan Bisnis

Seperti yang Anda ketahui, kegiatan audit tidak hanya bertujuan menyajikan laporan keuangan yang lebih akurat, tetapi juga dapat membantu menemukan jika ada kecurangan atau tindakan yang dapat merugikan keuangan perusahaan. Dari sini, Anda pun dapat mengetahui pentingnya audit untuk keberlangsungan bisnis.

 

Kegiatan audit tentu tidak dapat dipisahkan dari proses perencanaannya. Perencanaan audit merupakan tahap yang vital dalam audit. Sebagai tahap awal dari proses audit, perencanaan sangat menentukan kesuksesan penugasan audit. Perencanaan audit yang dilakukan dengan baik dapat menciptakan audit yang berkualitas, ekonomis, efektif, dan efisien. Oleh karena itu, tahapan perencanaan audit merupakan tahap yang harus menjadi perhatian yang serius dari auditor.

 

Bagaimana Prosedur Perencanaan Audit yang Baik?

Pada dasarnya, audit planning adalah jembatan untuk pekerjaan pengujian berupa prosedur-prosedur yang akan dilakukan. Prosedur tersebut perlu dijalankan agar dapat menghasilkan audit planning yang baik. Secara umum, ada 8 tahapan kegiatan dalam prosedur perencanaan audit yang perlu Anda lakukan, antara lain sebagai berikut.

 

1. Menjalankan Prosedur atas Penerimaan Klien

(Client Acceptance and Continuance Procedure) yang mencakup keputusan atas penerimaan audit atas klien, baik klien baru maupun lama. Menurut ISQC (International Standard on Quality Control) 1, setiap KAP harus memiliki kebijakan dan prosedur dalam memutuskan penerimaan klien. Umumnya, kebijakan dan prosedur ini mengatur tentang:

  1. Latar belakang perusahaan klien.

  2. Persyaratan etis yang dimiliki perusahaan klien.

  3. Komunikasi dengan auditor terdahulu (apabila audit tahun sebelumnya dilakukan oleh auditor yang berbeda).

  4. Kebutuhan akan ahli di bidang tertentu.

  5. Pemilihan anggota tim perikatan.

    Rekomendasi Artikel.

  6. Perolehan surat perikatan (engagement letter).

 

2. Memperoleh Pemahaman atas Proses Audit dengan Klien

Tahapan kedua dalam audit planning ini mencakup pemahaman akan peran dan tanggung jawab masing-masing pihak dalam proses audit serta ketentuan-ketentuan dalam perikatan. Umumnya, elemen-elemen tersebut tercantum dalam surat perikatan (engagement letter) atau bentuk dokumentasi lainnya.

 

3. Mengembangkan Strategi Audit secara Keseluruhan

Pengembangan strategi audit ditujukan untuk merespon risiko kesalahan penyajian dalam pelaporan keuangan. Kegiatan ini dilakukan dengan mempertimbangkan hasil prosedur analitis atas kondisi dan lingkungan bisnis perusahaan klien. Strategi ini dapat berubah seiring berjalannya proses audit apabila terhadap perubahan atau amandemen yang berpotensi menghasilkan informasi yang berbeda dari ekspektasi sebelumnya. Umumnya, strategi audit mencakup beberapa hal berikut:

  1. Karakteristik yang relevan dengan proses audit, seperti kerangka pelaporan yang digunakan

  2. Tanggal pelaporan.

  3. Tingkat materialitas.

  4. Penilaian risiko dan keputusan untuk menilai efektivitas pengendalian internal.

  5. Rencana pemanfaatan sumber daya yang tersedia.

 

4. Memilih Anggota Tim Perikatan

Anggota tim perikatan ini perlu dipilih dengan memperhatikan kompetensi yang mumpuni mengenai industri di mana perusahaan klien beroperasi. Selain kompetensi teknis, anggota tim perikatan juga diharuskan untuk memahami standar profesional dan kode etik akuntan. Umumnya, anggota tim perikatan terdiri dari rekan (partner), manajer, staf audit senior dan staf audit junior.

 

5. Mempertimbangkan Penggunaan Bantuan Tenaga Ahli

ISA (International Standard of Auditing) 620 secara khusus mendefinisikan tenaga ahli sebagai individu yang memiliki kemampuan, keahlian dan pengalaman yang mumpuni di luar bidang tertentu, di luar akuntansi. Dalam membuat strategi audit, auditor perlu memperrtimbangkan apakah mereka akan melibatkan tenaga ahli, terutama terkait valuasi akun tertentu dalam laporan keuangan yang material.

 

6. Memahami Kondisi Lingkungan Bisnis Klien

Sebagaimana tercantum dalam ISA 310, kondisi lingkungan bisnis klien meliputi lingkungan internal dan eksternal bisnis, kondisi ekonomi industri, peraturan pelaporan keuangan, dan dampak kompetisi bisnis. Keseluruhan pemahaman mengenai kegiatan bisnis perusahaan ini penting dalam proses penilaian risiko oleh auditor karena setiap industri dan perusahaan memiliki risiko salah saji yang berbeda. Hasil penilaian risiko ini akan digunakan untuk menentukan seberapa banyak bukti audit yang harus diperoleh (sufficiency of audit evidence).

 

7. Penilaian Risiko

Tahapan ini dilakukan setelah auditor mendapat pemahaman yang cukup mengenai kondisi bisnis perusahaan. Umumnya, penilaian risiko ini dilakukan dengan mengidentifikasi efektivitas implementasi pengendalian internal dengan berpedoman pada kerangka COSO (Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission).


 

8. Menjalankan Prosedur Analitis

ISA 520 mengenai Prosedur Analitis menyatakan bahwa dalam melakukan prosedur analitis, auditor harus mempertimbangkan laporan keuangan klien dengan:

  • Ekspektasi perusahaan (yang dapat ditunjukkan dalam bentuk budgets atau forecast report) dan auditor (yang dapat ditunjukkan dalam bentuk perhitungan auditor mengenai estimasi besarnya beban depresiasi).

  • Informasi keuangan perusahaan di industri serupa. Sebagai contoh, auditor dapat membandingkan rasio penjualan terhadap piutang perusahaan klien dengan perusahaan lain dengan ukuran yang serupa di industri yang sama.

  • Informasi keuangan perusahaan klien di periode sebelumnya. Hal ini bertujuan untuk melihat kenaikan atau penurunan yang signifikan di akun-akun tertentu sehingga auditor dapat merancang prosedur tertentu dalam rangka merespon hal ini.

 

Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa audit planning adalah suatu tahapan awal dari proses audit yang dapat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan audit. Untuk menghasilkan perencanaan audit yang baik, Anda perlu mengikuti prosedur yang terdiri dari 8 tahapan. Prosedur dalam perencanaan audit merupakan tahapan yang harus menjadi perhatian yang serius dari auditor. Sebab, kegagalan dalam merencanakan penugasan audit secara tepat dapat menyebabkan penerbitan laporan audit yang keliru sehingga audit menjadi tidak efektif dan efisien.

 

Rekomendasi Artikel.