Metode Biaya-Plus (Cost plus method)

 

Metode Biaya-Plus digunakan oleh perusahaan manufaktur atau yang melakukan fungsi produksi dan dapat juga digunakan untuk perusahaan penyedia jasa. Metode Biaya-Plus menentukan harga transfer dengan cara menambahkan laba (cost-plus markup) yang wajar kepada biaya produksi atas barang yang ditransaksikan. Dengan demikian, indikator yang digunakan adalah marjin laba kotor, tetapi marjin laba kotor dari perusahaan manufaktur, berbeda dengan metode Harga Penjualan Kembali yang mengambil marjin laba kotor dari perusahaan penjual.

 

Jika perusahaan di Indonesia, misalnya adalah perusahaan PT manufaktur yang melakukan produksi barang, dan dijual kepada pihak afiliasinya yaitu perusahaan di negara lain, maka yang menjadi subjek dalam penentuan harga transfer adalah perusahaan PT manufaktur tersebut.

 

Sebagai contoh, PT Q Manufacture (perusahaan di Indonesia) memproduksi Lampu Mobil merek Q Light, dan produk tersebut mempunyai biaya produksi USD 25 per unit, cost-plus markup yang digunakan adalah 20% sehingga harga jual dari lampu adalah USD 30 untuk penjualan kepada Q Sales Co (perusahaan di Singapura), Q Sales Indonesia adalah agen penjualan lampu. Manufaktur lampu otomotif mempunyai cost-plus markup yaitu 30%. Dengan demikian, menggunakan metode biaya-plus, seharusnya harga wajar atas transfer pricing yang dilakukan oleh PT Q Manufacture adalah USD 32,5 bukan USD 30. 

 

Kesulitan yang dihadapi pada penerapan metode biaya-plus adalah perbedaan fungsi antara perusahaan yang diuji dengan pembandingnya, apalagi jika terdapat unsur penggunaan aset tidak berwujud yang mungkin dapat berpengaruh terhadap harga yang ditetapkan. Hal lain yang menambah kesulitan dalam penerapan metode biaya-plus adalah konsistensi praktik akuntansi. Ada kemungkinan pencatatan akuntansi atas komponen biaya, misalkan biaya penelitian dicatat sebagai bagian dari Harga Pokok Penjualan, sedangkan pada perusahaan lain biaya tersebut dicatat sebagai biaya umum operasional perusahaan. 

 

Pada kondisi di mana terdapat biaya operasional yang perlu dipertimbangkan untuk mendapatkan kesebandingan, metode Laba Bersih Transaksional secara umum, akan lebih dapat diandalkan daripada Metode Biaya-Plus.

 

Kelebihan Metode Biaya-Plus

 

Kelebihan dari Metode Biaya-Plus adalah bahwa metode tersebut berdasarkan pada biaya internal, informasi yang biasanya tersedia untuk perusahaan multinasional.

 

Kelemahan Metode Biaya-Plus

 

Kelemahan dari Metode Biaya-Plus antara lain adalah sebagai berikut:

Rekomendasi Artikel.

  1. Kemungkinan marjin laba dari biaya dengan harga pasar tidak terlalu berhubungan;

  2. Data marjin laba kotor mungkin tidak dapat dibandingkan karena inkonsistensi akuntansi dan faktor lainnya;

  3. Diperlukan konsistensi akuntansi antara transaksi afiliasi dan transaksi antara pihak independen;

  4. Analisis hanya berfokus pada produsen dari perusahaan yang melakukan transfer pricing.

Rekomendasi Artikel.