Gencatan Senjata China pada Perang Tarif: Pandangan Strategis untuk APAC
Menavigasi Lanskap Perdagangan Baru di Asia-Pasifik
China telah memutuskan untuk melakukan gencatan senjata tarif selama 90 hari dengan Amerika Serikat. Keputusan ini mungkin membawa sedikit kelegaan. Namun, apa yang akan terjadi selanjutnya masih belum pasti. Untuk memahami dan mempersiapkan perubahan ini, para pemimpin dari member TGS Asia-Pasifik memberikan pendapatnya agar perusahaan-perusahaan di Asia-Pasifik tetap tangguh menghadapi situasi terburuk sekalipun.
Mengadaptasi Strategi untuk Bisnis APAC
Menurut Mikail Jaman, Pemimpin Regional Asia Pasifik TGS dan Managing Partner TGS AU Partners Indonesia, perusahaan perlu lebih fleksibel dalam pendekatan mereka.
"Dalam satu atau dua tahun ke depan, perusahaan APAC sebaiknya fokus pada diversifikasi rantai pasokan agar tidak terlalu bergantung pada beberapa negara saja," kata Mikail. "Dari sisi keuangan, penting untuk menggunakan alat lindung nilai seperti kontrak forward dan pembiayaan multi-mata uang guna mengelola fluktuasi nilai tukar dan perubahan tarif."

Mikail juga menyarankan agar bisnis memanfaatkan secara optimal Perjanjian Perdagangan Bebas seperti RCEP dan ASEAN FTAs. Perjanjian ini dapat membantu mengurangi biaya dan membuka akses pasar yang lebih luas, terutama di Asia Tenggara.
Poros Strategis China: TGS HaoXin Shandong
Lin Tang dari TGS HaoXin berbagi bahwa sementara AS mencoba mengalihkan ekspornya ke UE, Asia Tenggara, dan Afrika Selatan, China tetap bertahan. Pasar konsumen China yang besar masih menjadi daya tarik utama, dan beberapa raksasa e-commerce China bahkan membantu produk AS masuk ke pasar China.
Rekomendasi Layanan Kami
"Klien kami yang mengekspor ke AS sudah mempersiapkan gangguan. Karena basis klien kami cukup beragam, dampaknya tidak terlalu terasa," jelas Tang. Dia juga menambahkan bahwa China sudah mencari sumber alternatif untuk impor penting, seperti mengganti kedelai dari AS dengan produk dari Afrika Selatan.
Untuk mengikuti perubahan ini, TGS HaoXin fokus memperluas jaringan mereka di wilayah daratan China.
Ketangguhan Hong Kong: TGS Aitia
Walaupun lanskap perdagangan terus berubah, Nickson Yuen dari TGS Aitia melihat status tarif 0% Hong Kong sebagai keuntungan besar. "Posisi ini memberikan peluang besar untuk memanfaatkan situasi antara AS dan China," ujarnya.
Perusahaan juga melihat adanya peluang dari bisnis daratan yang kembali ke Hong Kong. Meskipun beberapa klien perdagangan mungkin menghadapi tantangan, arus modal yang diperkirakan akan meningkat bisa membuka peluang baru.
Peran India yang Makin Penting: TGS India KG Somani & Co.
Anuj Somani menunjukkan bahwa India bisa mendapatkan keuntungan ketika perusahaan global mencari alternatif dari China. Sektor teknologi khususnya bisa mengalami pertumbuhan seiring dengan perubahan rantai pasokan global.
Sikap Bijak Taiwan: TGS DWC
David Hsiung dari TGS DWC mengatakan bahwa jeda tarif sementara memberikan sedikit kelonggaran bagi bisnis. Namun, situasinya tetap belum jelas. Karena sebagian besar perusahaan Taiwan berskala kecil hingga menengah, memindahkan operasi ke AS bukanlah pilihan praktis. Untungnya, dukungan dari pemerintah, seperti bantuan keuangan dan perpanjangan pajak, dapat membantu meringankan beban.
Strategi Terpadu TGS APAC
Di tengah perubahan situasi perdagangan global, TGS APAC tetap berkomitmen membantu bisnis beradaptasi. Dengan menjaga fleksibilitas dan proaktif, perusahaan anggota TGS siap membimbing klien melalui tantangan perdagangan internasional. Apapun perkembangan ke depan, TGS akan terus mendukung klien dengan saran praktis dan pemahaman regional.
Rekomendasi Artikel.